GITAR BAMBU dari INDONESIA


http://q.gs/8f61s

“Masyarakat masih pakai bambu untuk hal-hal remeh. Dipakai bendera pemilukada atau bangunan-bangunan yang sifatnya tidak komersial,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Herdiwan Iing Suranta. Padahal di luar negeri, bambu dipakai untuk bangunan megah seperti stadion olahraga dan tempat monumental lain yang memiliki nilai jual wisata cukup tinggi. “Bambunya diambil dari Indonesia,” katanya. (Baca juga BAMBOO GUITAR from INDONESIA)



Persediaan bambu yang melimpah tak membuat masyarakat melirik bambu sebagai sebuah komoditas yang bernilai rupiah. Bambu seolah hanya dipakai untuk membuat alat musik angklung yang menjadi ikon wisata dalam memperkenalkan Indonesia kepada dunia. Bambu untuk angklung adalah jenis bambu hitam tamiang dan bambu temen yang banyak tumbuh di daerah panas seperti Tomo, Kabupaten Sumedang.

Bambu juga banyak tumbuh di Indihiang, Tasikmalaya, tapi luasnya hanya 200-400 hektare. Di Bogor juga ada, akan tetapi luasnya hanya puluhan hektare.Selebihnya bambu dibiarkan tumbuh acak di lahan-lahan tak bertuan di antaranya semak belukar dan tebing. “Jabar belum punya sentra bambu,” kata Herdiwan.

Di satu sisi, Jabar sebenarnya sudah kewalahan menerima permintaan produk-produk kreatif bambu dari para wisatawan asing. Ibarat orang Indonesia yang galau menunggu kedatangan gadget seri terbaru, orang asing pun konon sama galaunya menunggu bambu dari Indonesia dengan kreativitas terbaru. Fenomena itulah yang ditangkap orang-orang kreatif yang tergabung dalam Indonesia Bamboo Society (IBS) yang berbasis di Cibeureum, Kota Bandung.

Ketika orang umum menganggap bambu hanya sebatas tiang bendera parpol atau umbul-umbul, para pegiat sudah jauh melangkah. Bambu dibikin unik dan dengan sentuhan seni.Semua serba bambu. Bahkan sampai sepeda pun dibikin dari bambu. “Hanya rantai dan rodanya saja yang tidak terbuat dari bambu. Selebihnya dari bambu. Yang paling penting sepedanya bisa dinaiki,” ujar Ketua IBS Adang Muhidin.

Kini IBS mencoba bereksplorasi dengan membuat alat musik dari bambu di luar angklung. Yang sudah tercipta adalah gitar dan biola. Yang memesan adalah wisatawan asal Prancis. “Suaranya 80% mirip dengan aslinya. Nah, 20% suara sisanya justru menjadi ciri khas tersendiri,” ucapnya. Kini Adang dan kawan-kawan sedang membuat desain terompet, trombon, dan piano dari bambu.
http://q.gs/8f61s

Dalam mendapatkan bahan bambu, Adang mengaku belum pernah kesulitan. Tetapi yang membuatnya merasa aneh, permintaan bambu lebih banyak dari luar negeri, sementara dalam negeri sedikit. Dia menyayangkan masyarakat masih memandang bambu sebelah mata. Bambu belum dimaksimalkan sebagai sebuah bahan alam yang bisa mendatangkan uang besar. Padahal Jabar sangat kaya akan bambu, baik dari jenis maupun marganya. “Di dunia ada sekitar 1.200 jenis bambu. Sekitar tiga perempatnya diperkirakan ada di Indonesia dan tiga perempat bambu di Indonesia diperkirakan ada di Jabar,” ungkapnya.

Ahli bambu yang sangat minim di Indonesia seolah membulatkan 100% bahwa bambu memang belum dijamah banyak orang untuk dikembangkan. “Di Jabar ada ratusan jenis bambu, tapi doktor bambu hanya ada seorang yakni Elizabeth Wijaya (IPB). Sementara di Amerika Serikat hanya ada 1.000 hektare lahan bambu, tapi doktor di bidang bambunya ada 100 orang,” ujar Adang.

'mindset' masyarakat ini harus diubah. Banyak yang bisa dilakukan di antaranya terus menghasilkan banyak karya dari bambu seperti yang dilakukan Adang dan teman-temannya. Yang disasar adalah para ABG dan kaum muda agar di benaknya secara tidak sadar tertanam bahwa bambu yang kelihatannya remeh bisa dijadikan sesuatu yang berharga dan menguntungkan.

No comments:

Post a Comment